Hukuman Mati dan Cecunguk Narkoba



 

Belakangan di media masa ramai diberitakan mengenai hukuman mati kepada para penjahat Narkoba. Hukuman ini merupakan kebijakan pemerintah, dan seperti biasa suara pro dan kontra bersahutan dimana-mana. Dulu pemerintah kita pernah melakukan itu. Banyak terpidana kasus narkoba yang mendapatkan bonus grasi dari Presiden, harapanya semoga dia bersedia insyaf dan kembali kejalan yang benar (Itu kalo dia insyaf loh ya). 

Tapi bukankah kita juga sering melihat kenyataan, banyak para cecunguk narkoba ini mengatur perdagangan barang setan tersebut dari balik lapas. Wong  tujuan mereka dipenjanjarakan itu biar jera , lah kok nglunjak  main buka lapak se enaknya. Itu kan sama kampretnya dengan orang sakit yang ditolong mau diobatin kerumah sakit biar sembuh, tapi malah nglunjak dengan sengaja berusaha meracuni orang waras. Ibaratnya “dikasih makan tempe njaluk sate”. Lah sate ndiasmu, wong daging ki mahal je.

Hukuman mati adalah jawaban tegas atas siapa saja yang hendak menjadikan anak muda bangsa menjadi budak narkoba. Ya semacam pesan to the point “Tak dor ndasmu kalo berani-berani mengedarkan narkoba di negeri ini”, Biar mereka pada kapok.  Pembela “Hak Asasi Manusia” bisa saja bilang itu melanggar hak manusia untuk hidup,atau  bilang pemerintah tidak berhak menentukan mati atau hidupnya seseorang.  Biarkan saja. Karena ada kalanya orang lebih berguna kalau dia tidak ada, seperti para koruptor dan penjahat narkoba itu.

Hukuman mati bagi sebagian orang terdengar agak sadis memang. Tapi anak muda masa kini adalah orang-orang yang akan memimpin negeri ini di masa mendatang. jadi janganlah sekalipun berani mempertaruhkan anak muda dikelilingi bahaya narkoba, dengan membiarkan para penjahat narkoba berkeliaran di bumi nusantara ini. Toh di Al-quran pun disebutkan bahwa di dalam kehidupan itu ada yang namanya hukuman qisas atau mati. Hakikatnya,maksud dari  hukuman mati yaitu melindungi yang hidup dari begundal-begundal tengik yang tidak peduli dengan kehidupan.

Saya sendiri sebenarnya agak tidak tega dengan hukuman mati ini. Yakinlah, tidak ada yang lebih menggelisahkan hati dari pada mengetahui pasti kapan kita akan mati, bahkan derita Tuna Asmara yang menimpa kaum jomblo  macam Agus Mulyadi pun tak sebanding. Tak terbayang betapa beratnya menjalani sisa hari diiringi bayang-bayang diri, hendak dijemput eksekutor menuju tempat eksekusi.

Bagaimanapun, jika mau melihat lebih jauh lagi sebenarnya  nasib para penjahat Narkoba itu masih lebih baik. Meskipun divonis mati, mereka masih punya sisa-sisa waktu untuk bisa lebih mendekat kepada Tuhan dan bertaubat. Coba tengok, banyak korban yang mati Su’ul Khotimah (berakhir buruk), macam overdosis dengan mulut dipenuhi busa, pipi kempong dan mata membelalak seperti di tivi-tivi itu.

Semoga ketegasan pemerintah ini membuat jera bagi siapa saja yang berani mencoba berurusan dengan narkoba. Serta membuat Agus Mulyadi dan senasibnya  lebih kuat, bahwa diballik nasib tuna asmara yang menimpanya, masih ada nasib yang lebih buruk lagi yaitu: Menjadi Penjahat Narkoba.

Comments

Popular posts from this blog

Dewa Amor Salah Sasaran??

Santri vs Sandal

Oh… Malas Semalas-Malasnya