Jomblo di Kota ter Romantis





Saya yakin Yogyakarta selalu meninggalkan cerita mendalam bagi setiap insan yang pernah menetap dan tinggal di sini. Terlebih bagi para perantau. Berbekal restu dari ibu tercinta, mencoba peruntungan nasib demi mendapatkan sebuah kehidupan yang nyaman kelak. Entah itu untuk sekolah, kuliah, atau bekerja,  selalu ada kenangan indah yang dibawa ketika kembali kekampung halaman atau  saat pindah berjuang ditempat lain. Siapapun mereka , Jogja terlalu susah untuk di lupakan.
Terlalu banyak sudut-sudut melankolis yang berisi segala macam kenangan getir akan kisah cintanya yang gagal.

Di kota ini lah segala kenangan bermuara dan berujung haru. Terlebih bagi mereka yang pernah merasakan betapa indahnya jatuh cinta di Yogyakarta. Tak peduli menjadi pemenang karena cintanya diterima, atau pecundang karena cinta yang bertepuk sebelah tangan.

Di kota ini tak diperlukan biaya yang mahal atau tempat yang super mewah untuk menciptakan suasana romantis. Kalau tak percaya, coba saja ajak bribikan mu menghabiskan malam di warung kopi jos pinggir setasiun tugu. Dengan modal tak seberapa, sajian minuman mak jos, nasi kucing dan sate telur ala angkringan yg lezat bisa kamu dapatkan. Belum lagi ditambah pencahayaan lampu penerang jalan,  akan menaburi kencanmu dengan cahaya kuning romantis. Dan lengkap sudah kencanmu dengan sebuah soundtrack iringan dari mas-mas pengamen. Serasa di film-film. Atau kamu bisa pulang dengan cerita lucu melihat waria sexy bernyanyi dan bergoyang hot ala Dewi Persik. 

Sebelumnya saya pernah dengar dari teman saya,  ada yang bilang bahwa Bandung dan Yogyakarta adalah tempat yang paling tepat untuk jatuh cinta (siapapun boleh setuju atau tidak setuju). Untuk Bandung saya kurang paham karena saya belum pernah tinggal disana. Tapi Yogyakarta, saya setuju. Pengalaman pribadi berkata demikian. Dan sepanjang karir perantauan saya, kota Yogyakarta adalah tempat paling romantis yang pernah saya singgahi. Ya setujulah seperti yang Anis Baswedan bilang, “Di setiap sudut2 kota jogja adalah tempat yang romantis”. 

Tapi tinggal di kota teromantis bukanlah perkara yang mudah bagi mereka penyandang gelar tuna asmara. Seperti yang sudah saya bilang, di kota ini tak perlu biaya mahal untuk menghabiskan waktu yang indah bersama pasangan. Jadi ga heran jika sering kita jumpai rona-rona bahagia memancar dari wajah pasangan pemuda-pemudi di cafe-cafe, alun-alun, pantai, nol KM, angkringan, warung penyetan yang murah-meriah dan disetiap penjuru kota Jogja. 

Bagi mereka yang menjomblo karena prinsip, menyaksikan romantisme dua sejoli yang tengah memadu kasih, bukanlah godaan yang berat. Mereka pasti (sok)kuat. Tapi bagi para jomblo yang mendambakan kasih sayang serta perhatian dari pacar (Mustahil), pasti hatinya merasa teriris-iris. Oke, agak lebay emang. Baik saya ralat, minimal sesekali merasa agak ngiri.

Menjadi jomblo di kota teromantis adalah sebuah ironi. Sama halnya dengan ironi tentang negri yang sebenarnya kaya tapi miskin (baca: Indonesia), karena ulah koruptor dan bangsa asing.  Kalo kata bang haji Rhoma Irama, “sungguh-sungguh terlalu”.

Ada yang bilang,  jomblo terjadi karena dua alasan; Yang pertama yaitu karena PRINSIP dan kedua karena memang sudah NASIB. Biar bagaimanapun kedua tipe jomblo tadi adalah pejuang. Menjadi Jomblo karena prinsip adalah perjuangan. Entah itu untuk fokus kuliah, skripsi, karir, fokus karena  agama, ga boleh sama mama-papa, atau apapun alasanya, itu adalah sebuah pilihan yang harus kita hargai. Dukung dan kita bantu mereka dengan doa.

Dan menjadi seorang jomblo akibat (nasib) kasih tak sampai, juga merupakan perjuangan. Apapun alasanya entah itu karena cintanya ditolak, bribikan ditikung teman, atau hanya bisa mengagumi dari jauh, adalah sebuah proses yang harus kita apresiasi. Dukung dan bantu dengan doa juga bila perlu.

Tapi jangan salahkan mereka bila ada yang menghina-hinakan nasibmu wahai kaum jomblo. Biasanya yang berani mengejekmu dengan bilang “weladalah mblo...mblo.. mesake tenan nasibmu. Golek2 pacar kono men ora mung tura-turu“, adalah teman karibmu bukan?. Teman2 yang mengharapkanmu supaya menjadi pribadi yang lebih tangguh dan kuat. 

Walau sering di ejek dan mengalami perundungan tiada henti, mesti di ingat, nasib menjadi jomblo bukanlah sebuah tragedi yang perlu di sesali. Percayalah disetiap mililiter ejekan yang diterima jomblo mania, selalu terselip benih-benih harapan untuk memperbaiki diri, memperbaja jiwa. Dan percayalah bahwa Tuhan sudah memilihkan pasangan terbaik untuk dipertemukan kepada kita nanti jika sudah tiba pada waktunya. 
#Halah alasan mu mblo......












Comments

Popular posts from this blog

Dewa Amor Salah Sasaran??

Santri vs Sandal

Oh… Malas Semalas-Malasnya