Mahasiswa (Kok) Magang



















Konon, selain skripsi , adalagi salah satu tingkatan yang mesti ditempuh oleh mahasiswa guna meraih gelar sarjana, yakni MAGANG.  Magang disebuah instansi/perusahaan merupakan proses yang sakral. Disini lah kualitas seorang mahasiswa diuji. Skill, mentalitas, wawasan, problem solving, teamwork, dan semua yang didapat selama masa perkuliahan akan di tes. Apakah mahasiswa ini sejati atau abal-abal??

Seperti hendak menyatakan cinta, magang juga merupakan perjuangan. Perlu melalui proses yang cukup ribet dan membutuhkan kesabaran untuk mendapatkan tempat magang. Namun, sebagai pria jantan nan tangguh yang (terkadang) beruntung, akhirnya saya mendapat tempat magang juga di
sebuah Stasiun TV lokal di Jogja bernama Adi Tv.

Saya belum begitu ngeh dan hanya sebatas meraba-raba menganai apa yang hendak saya kerjakan ditempat magang nanti. Hanya berbekal skill menulis seadanya, dan teknik wawancara kelas teri, saya mengajukan diri magang di bagian News sebagai reporter. 

Hari pertama saya magang, saya disambut dengan adem oleh para kru/tim news. Maksudnya, tatapan mereka ramah, senyumnya tulus, namun begitu dingin. Kesibukan mereka terhadap tuntuan kerjaan seperti menghanyutkan pikiran mereka, dan melupakan ada anak magang baru sehari, yang polos, lucu dan butuh kasih sayang ini.

Diawal-awal saya magang, saya langsung diminta untuk turun kelapangan, mencari berita layaknya reporter beneran. Seharian saya seorang diri muter-muter kota Jogja guna mencari sebuah berita yang layak tayang di frekusinsi televisi. Disinilah saya merasa begitu tertantang. Berbekal nekat, skill pas-pasan, senyum menawan dan wajah yg rupawan, saya pergi kelapangan, layaknya veteran perang bertempur padahal sebenarnya amatir.

Saat saya pulang kekantor, ternyata hasil liputan saya amburadul. Pegang kamera belum bener, tulisan masih monoton, informasi sangat minim, dll. Alhasil, kritikan dan  masukan yang lebih pedas dari cabe-cabean pun keluar dari mulut pimpinan redaksi saya kala itu. Semuanya saya telan dan saya cerna ke otak dan hati. Biarpun pedih, tetap saya terima. Karena saya tahu, tidak ada yang lebih pedih dari pada bribikan yang ditikung teman, atau mendapat undangan nikah dari mantan.
Masa magang yaitu dua bulan. Dibulan-bulan pertama, saya dituntut untuk memperoleh minimal satu berita setiap hari. Berpacu dengan waktu, beradu dengan terik, atau menjadi busuk Cuma karena menunggu statement dari narasumber yang hanya beberapa detik, merupakan makanan saya sehari-hari. Dibulan pertama inilah tenaga, pikiran dan mental saya betul-betul diasah.
           
         Sebenarnya mencari berita itu tidaklah susah-susah amat, tapi oleh pimpinan redaksi saya diminta untuk mencari berita yang agak berbeda, dalam artian belum diliput oleh reporter asli (bukan magang). Jadi begini; sebelum turun kelapangan, saya mesti melakukan riset lebih dulu, baru lapor ke pimred mengenai isu yang hendak saya liput. Jika ditolak, saya mesti cari isu lain dan begitu seterusnya sampai ada mendapat jawaban iya. Malah terkadang ketika sudah mendapat jawaban iya dan saya sudah selesai melakukan liputan, pimred saya mengabari bahwa isu tersebut sudah diliput, alhasil saya pun harus mencari berita lain lagi. Sungguh sungguh sungguh sangat menyebalkan. Namun sebagai pria yang begitu di idam-idamkan calon mertua, saya tetap berusaha tabah dan tampil bersahaja.

Jika dibulan pertama saya nestapa, maka dibulan kedua magang adalah surga. Bagaimana tidak. Saya diminta untuk menjadi sebuah host dalam liputan ke tempat-tempat wisata di Kebumen, Bantul, dan Gunungkidul. Total ada limabelas destinasi yang kami liput. Bisa dibilang bahwa magang dibulan kedua kali ini yaitu  Fucking Crazy Awesome Vacation and Totally Free, alias alhamdulillah ya Allah liburan gratiss...............

***

Bagi saya, magang meerupakan suatu pengalaman yang sangat menyenangkan. Jauh lebih menyenangkan ketimbang sekedar Naik delman istimewa kududuk di muka. Disini saya bisa menimba ilmu, menulis, bertukar pikiran, dan tentunya pengalaman yang tak bisa dihargai dengan sesuatu yang bernama uang.
  
Selain itu, mendapat kesempatan menjadi Host acara dan tampil di televisi tentu membuat saya bangga, dan sedikit (((jumawa))). La betapa tidak, meskipun sekedar tv lokal yang pemirsanya tidak (begitu) banyak, namun saat video ini saya tunjukan ke ibu saya, tampak dari matanya memancar rasa bangga yang mendalam terhadap anak lanangnya yang satu ini. Saya percaya, saat kita berada dipuncak karir, selain diri sendiri, orang yang paling bangga dan merasa berhasil di dunia ini adalah orang tua kita. Yah, Meskipun buat saya puncak karir itu masih jauh, tapi kalo Cuma ngebayangin doang ya bisalah.... heheh



Beberapa Scene LOT saat melakukan peliputan




Ada lagi. Bergaul dan berteman dengan para profesional juga merupakan prestise tersendiri. Kita bisa belajar banyak hal dan melihat cara pandang sesuatu dari dimensi yang berbeda. Disini saya juga belajar bahwa ketika kita tengah mengerjakan suatu hal, posisikan diri kita sebagai profesional, meskipun sebenarnya kita amatir. Karena berawal dari situ, kita dapat mengeluarkan kemampuan kita secara total ketika mengerjakan sesuatu.    

Kendati demikian, banyak juga hal yang tak menyenangkan dari menyandang status “ magang”. Ini merupkan sebuah keniscayaan. Magang bukanlah perkara mudah. Bahkan terkadang lebih sukar dari pada mbribik Adek-adek mahasiswi baru yang unyu-unyu dan lucu-lucu itu.

Tidak hanya kritik dan masukan yang pedas, beberapa kali saya begitu merasa terbebani akan target dan tuntutan yang diberikan oleh pimpinan redaksi. Belum lagi para reporter asli (bukan magang) yang terkadang dengan kampretnya suka nyuruh-nyuruh saya untuk hal-hal yang remeh, misal; ambil gelas, minuman, beli gorengan, bawa galon, dan lain sebagainya.

 Namun Alhamdulillah, sebagai lelaki bulletproof, lelaki yang nothing to lose, lelaki titanium, saya bisa menghadapi itu semua dengan santai, elegan, dan tabah. Ya maklumlah, jiwa kesatria saja memang disyariatkan untuk selalu bersahaja, apapun kondisinya. :D

Nah buat pembaca yang pengen liat video-video hasil saat saya menjadi host di “lensa 44 jalan-jalan”, ini dia beberapa videonya. video-video yang lain nyusul.Enjoy it: :D


   




Comments

Popular posts from this blog

Dewa Amor Salah Sasaran??

Santri vs Sandal

Oh… Malas Semalas-Malasnya