First Day in Ramadhan
Kita semua paham bulan Ramadhan disetiap tahunya selalu istimewa dan berkesan. Istimewa karena pahala dibulan ini sama Allah dilipat gandakan. Banyangkan, bau mulut kita yang ampuh buat bikin pingsan kambing tetangga, disisi Allah konon baunya melebihi wangi minyak kasturi.
MasyaAllah.
Ga cuma itu, dibulan ramadhan hampir semua
masyarakat muslim berubah jadi agak religius dibandingkan bulan-bulan lainya.
Semua orang basa-basi meminta maaf, minimal lewat status bbm dan facebook atau
via broadcast messege. Pengisi acara di televisi juga ga kalah ikutan
latah. Artis-artis memakai hijab, band-band dan penyanyi meluncurkan single
religi, acara-acara serupa lomba Dai, pildacil atau Qosidah Academy bergantian
mengisi layar kaca. Satunya-satunya goadaan hanya invasi iklan sirup marjan
yang sering kali muncul menggoda Iman, menggantikan sosok Aura Kasih yang
biasanya menggoda Imron.
Tapi untuk memperoleh hal-hal yang prestise
tentu kurang afdol kalau ga ada ujianya. Biar dikata dibulan ramadhan
setan-setan pada dibelenggu atau dibebas tugaskan, masih banyak hal-hal yang
bisa meruntuhkan iman dan keteguhan kita. Tak perlu saya berikan contoh. Cukup
kita nilai masing-masing, seberapa tangguh kita menahan dari segala hal yang
bisa membuat puasa kita batal atau mengurangi kualitas puasa kita, dan seberapa
tahan kita menahan godaan untuk balikan dengan mantan yang meminta maaf secara
tulus.
Menurut saya, godaan dan ujian justru sering kali membuat ramadhan lebih berkesan. Terlebih bagi anak rantau, indekos
Salah satu yg paling berkesan bagi saya bisa
jadi ramadhan kali ini, di tahun 2016. Bagaimana tidak. Dimalam pertama
menjelang bulan ramadhan saja saya sudah dibikin dongkol oleh keadaan-keadaan.
Waktu itu, kabar mengenai hari pertama ramadhan yang akan jatuh pada tanggal 6
juni 2016 sudah kian santer. Namun saya dan banyak orang lainya masih menunggu
keputusan dari pemerintah, dimana saat itu tengah sibuk melakukan sidang isbat.
Setelah diputuskan bahwa besok adalah hari pertama ramadhan, saya dan umat
muslim lainya lantas bersiap-siap untuk melaksanakan sholat tarawih.
Sebelumnya saya memang sudah berniat dari
awal, hendak melaksanakan sholat tarawih pertama di masjid kampus UIN Sunan
Kalijaga. Jadi tepat setelah hasil sidang isbat diumumkan, saya lantas bergegas
menuju masjid berharap bertemu dengan gadis-gadis cantik nan solihah yang
bisa jadi jodoh saya mendapatkan shaf yang nyaman, syukur bisa di depan.
Tak lama setela saya sampai di masjid, iqomat
pun dikumandangkan, pertanda sholat isya akan segera dilangsungkan.
Bersama-sama dengan jamaah dari berbagai penjuru kos-kosan, kami pun sholat isya
berjamaah. Selesai sholat, salah seorang takmir maju ke mimbar dan mengumumkan
beberapa pengumaman terkait pelaksanaan shalat tarawih. Inti pengumuman yaitu
ibadah sholat tarawih di Masjid UIN Sunan Kalijaga sebanyak 20 rakaat, dua
rakaat sekali salam, dan bagi yang melaksanakan shalat tarawih 8 rokaat, bisa
mengkondisikan dengan melanjutkan sholat witir dirumah atau diselasar masjid.
Imam tarawih akan dipimpin oleh seseorang al-hafidz
yang saya lupa namanya, dan sebelumnya akan ada semacam kultum atau ceramah
dari bapak X yang merupakan rektor baru UIN Sunan Kalijaga.
Awalnya, ceramah berjalan lancar, tenang dan
agak diselingi tertawa, mengingat bapak rektor beberapa kali menyampaikan
sesuatu yang tidak lucu-lucu amat. Namun naas, karena durasi yang agak lama dan
kondisi saya yang agak lelah, saya pun tertidur. Sepuluh menit. Lima belas
menit. Dua puluh menit. Ceramah masih berlangsung dan belum ada tanda-tanda
akan segera berahir. Saya sampai bangun, lantas tertidur dan kemudian terbangun
lagi, namun ceramah belum juga usai. Bahkan sampai saya sudah tidak ngatuk lagi
sama sekali. Saya liat jam didinding, ceramah sudah lebih dari tigapuluh menit.
“Faaaaakkk sui tenan”. Teriak saya
dalam hati. La gimana, wong saya ini semangat datang kemasjid itu niatnya mau
sholat tarawih je, la kok ini malah disuruh dengerin ceramah yang materi dan
gaya penyampainya mirip plek sama lagi ngasih kuliah.
Duduk saya sudah mulai tak tenang. Saya
perhatikan jamaah lain disamping kanan dan kiri saya, dari raut mereka juga
tampak mulai merasa bosan akan ceramah yang lama ini. Namun mesti bosan mereka
tampaknya masih tenang-tenang saja. Berbeda dengan saya, Saya mulai merasa
gelisah dan tak sabar. Rasa suntuk lambat-lambat bertransformasi menjadi agak
emosi. Saya melihat jam dan membuat keputusan “Pokokmen nek ngasi 45 menit iki ceramah kok durung rampung, aku meh
muleh bali kos, terus nggawe kopi!”.
Tau apa yang terjadi? ternyata ceramah masih berlangsung bahkan setelah saya kasih batas toleransi 2 menit. Karena sudah tak sabar, Saya pun berdiri dan berjalan menuju pintu keluar. Saya masih sempat berfikir akan kembali jika sebelum sampai parkiran ceramah sudah selesai. Namun sampai saya menyalakan motor, ceramah masih berlangsing dan dalam hati saya berkata “Uwis lah. Ora urusan, ora urunan, timgga; bali wae sisan”.
***
Malam harinya saya tak dapat tidur hingga larut malam, bahkan hingga menjelang pagi. Rasa kantuk yang tak kunjung datang membuat saya terpaksa terjaga dan melakukan aktifitas-aktifitas entah apapun itu. Berselancar di dunia maya, nonton tv, main game, baca buku, tiduran, dan pura-pura tidur sudah saya lakukan, namun tetap saya tak bisa tidur. Akhirnya saya outuskan untuk tetap terjaga hingga waktu sahur.
Namun apa daya, keadaan berkata lain. hati saya menjadi dilema ketika jam menunjukan sudah hampir pukul dua pagi. Tiba-tiba kantuk menyerang. Saya ingin tetap terjaga dan sahur belakangan sambil menonton serial PPT (Para Pencari Tuhan) yang sudah menajdi favorit saya sejak SMP. Tapi saya juga takut jika tiba-tiba saya tertidur, lupa sahur, dan bablas hingga subuh, lalu besoknya puasa dengan kondisi lemas dan kelaparan.
Mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan, saya pasang alarm jam setengah4 pagi. Saya tetap memaksa untuk tetap terjaga. Meskipun ngantuk berat, pantang tidur sebelum sahur dan nonton PPT. Tekad saya sudah bulat. Saya tak kan gentar meski mantan tiba-tiba berbisik “Tidurlah mas. Kamu ngantuk berat. Kasian tubuhmu. Mending sekarang tidur, nanti saya bangunkan ketika makanan sudah siap”.
Tapi lagi-lagi sepertinya semesta tak mendukung saya kali ini. Tak perlu bujuk rayu mantan, ngantuk yang kian gencar menyerang membuat saya tiba-tiba tertidur secara otomatis. Meski tak saya harapkan, mata saya terpejam dan saya sudah terlelap di alam mimpi begitu saja. Saya kalah. Saya pasrah. Hanya bisa berharap alarm berbunyi nyaring, atau ada telvon dari siapa saja secara suka rela, atau apapun yang membuat saya terbangun. Saya akan sangat berteimakasih dan bersyukur keapda Tuhan jika hal itu terjadi. meski sebentar, saya tidur dengan nyenyak. Hingga tiba-tiba terdengar sesuatu bunyi yang begitu syahdu, lembut, dan familiar membangunkan saya.
Saya masih dalam posisi setengah sadar ketika terbangun. Saya mengambil posisi duduk. Mencoba membuka mata perlahan. Melihat sekitar. Menengok jam di handphone. Sekali lagi saya tarik nafas dalam-dalam. Merenungi sejenak keadaan yang begitu membuat hati saya terenyuh. Dan dalam hati saya berkata “Subhanallah. Siapasih yang adzan subuh barusan?? Udah baik banget bangunin aku buat sahur”.
TAMAT
Comments
Post a Comment